Perjuangan Gunung Gede

Sent by Ibnu Susilo
Content : Original without editing
Note : Pls contact admin for broken image link

Tidak ada orang yang kalah,
Semua perjuangan yang dilakukan pasti memberikan hasil.

“Hah, gila apa ?!! kamu mau naik gunung malam – malam, yang bener aja. Aku sampe nggak habis pikir dengan apa maumu. Coba lihat, gunung yang kau hadapi itu adalah Gunung Gede, gunung dengan trek menanjak sepanjang perjalanan. Lhah emang kamu kuwat apah ?? apalagi kamu membawa peserta cewe, mereka bakalan drop sebelum nyampe…lagipula kamu berangkat hari sabtu trus pulangnya hari minggu. mana sempat kamu melakukan pendakian ???”

Matahari sudah tinggi, kulihat jam yang ada di hape jadulku, sekarang sudah menunjukkan jam 1 siang, wah bakalan telat aku. Aku bergumam sendiri sembari mempercepat langkahku. Tepat di lokasi LGITIN semua peserta sudah berkumpul, untunglah, ternyata aku masih ditunggu kedatangannya. Tidak ditinggal gara-gara terlambat.

“absen dulu sebelum Berangkat, Oke !”
“Ibnu & Agusti ?” “Hadir pak”jawabnya serempak
“Mbah moko ?” “ha yo luweh” jawabnya sekenanya
“Anton dan Noor, ada nggak ?” “saya ikut pak” sambil datang dengan tergopoh – gopoh
“Intan, Novi, Reni, Siap ?” ” Siap Grak”jawabnya kompak
“Adin ?” “OK, siap berangkat”
“Tejo, Riki, Tri Wahyudi, kemana mereka kok belum kelihatan ?” ” itu pak, lagi packing barang bawaan, mereka lagi membagi beban”
“Hari kumbang, siap kang ?” “siap …”sambil mbenerin fotonya

Semua peserta sudah lengkap termasuk aku, sebelum berangkat seluruh kru berdoa dulu. Kemudian melakukan foto – foto narsis mereka didepan LGITIN tercinta. Hari itu hari sabtu 24 Mei 2008. Sesuai dengan yang direncanakan bahwa hari ini adalah keberangkatan mendaki gunung Gede. Cukup lumayan juga, janjian kumpul jam 12.00 telah sukses berat (molornya) karena berangkat nya jam 14.00 teng.

Keren juga ternyata atribut yan dipakai oleh mas – mas kru ini. Mas Ibnu misalnya, berangkat menggunakan kalos loreng ala madura. Tri, Adin dan Moko sudah siap dengan topi rimbanya. Saudara Anton sudah siap dengan topi gunungnya. Sutejo dan Riki menggunakan kaos petualang, emang dikau petualang sejati bro. Noor Rakman, berdandan persis tukang parkir pasar atom, pasti sudah berniat menyembunyikan identitas ya mas. Kang Hari siap dengan fotonya, sudah mirip wartawan kelas atas. Agusti dengan ikat kepala batiknya, mirip penunggu gunung Sumbing. Sedangkan 3 dara wanita berdandan seperti halnya mau jalan ke Mall, cakep banget (HAH !!!). Aku sendiri terlihat seperti orang sakit, memakai jaket tebel banget, padahal perjalanan belum dimulai. Daripada nanti ribet, mendingan sekarang saja ribetnya.
Perjalanan menuju Cibodas melalui rute Jonggol, Cariu dan Cikalong. Dari Cikalong kemudian memotong jalur ke taman bunga yang nantinya akan langsung menuju Cipanas. Itu katanya tim survey pencari SIMAKSI dulu. Aku sendiri sih tidak terlalu memperhatikan rute jalan karena emang tidak tahu jalan. Daripada nanti dikatai “Sok Ateng” yang penting bagiku sih nyampe tujuan dengan selamat. Perjalanan yang menyenangkan itu memakan waktu sekitar 4.5 jam. Belum apa – apa juga Ibnu dan Hari sudah dilanda mabuk darat ketika mencapai Cikalong, Halah ada – ada aja mas – mas itu. Gimana mau naik gunung kalo di jalan sudah mabuk.

Tapi nggak pa pa, itu tidak menyurutkan semangat untuk tetap melanjutkan impian menuju Puncak Gede. Akhirnya sampai juga di pintu Cibodas jam setengah 6, aku istiahat sejenak untuk memulihkan tenaga beserta sholat. Satu hal yang tidak boleh dilupakan yaitu MAKAN. karena aku tahu bahwa medan yang akan kami hadapi ini pastilah akan sangat berat. untuk itu makan menjadi satu hal yang wajib untuk dikerjakan sebelum naik (kalo ndak, dosa !!)
Berangkat mulai jam 8 malam. Beneran nih, jam 8 malem. Dingin, jalan menanjak tetapi berkeringat. Pendakian ke puncak dimulai dari pos pemeriksaaan, mas Ibnu dan mas Agusti masuk ke kantor Polhut Perhutani, sedangkan aku dan teman – teman yang lain menunggu di luar. Setelah urusan administrasi beres, dilanjutkan dengan jalanan yang menanjak. Posisi jalan pun diatur sedemikian rupa sehingga bisa saling menjaga jika ada sesuatu yang tida diinginkan. Di depan ada mas Tri dan Sutejo sudah tidak diragukan lagi petualangannya dengan alam. Keduanya menjadi penunjuk jalan dalam pendakian ini dan sesekali membimbing orang – orang yang dibelakang untuk menanjak. Di sektor tengah ada aku beserta Reni, Novi dan mbak Intan yang dipandu dengan mas Riki dan Anton serta mbah Moko. Sedangkan di bagian belakang secara berurutan ada mas Hari, Adin, Agusti, Noor Rakhman dan yang paling belakang ada Mas Ibnu. Mas Ibnu dan mas Noor harus rela ditempatkan di belakang karena keduanya juga petualang alam yang kuat juga. Keduanya dijadikan sweeping jika terjadi hal – hal yang tidak diinginkan.
Pendakian diawali melalui hutan tropis yang sangat indah (indah apanya, wong gelap … hiii, syeereemm) dan melewati telaga biru, kemudian sampailah di shelter pancayangan, dimana di shelter ini merupakan pertigaan antara ke air terjun Cibereum dan pos Kandang badak. Lambat laun pendakian menemukan ritme tersendiri, entah dirasa atau tidak bahwa setiap 15 menit perjalanan selalu dilakukan break karena medan yang menanjak dan udara yang dingin. Benar – benar tim yang kompak. Aku sendiri juga tidak menyangka bahwa akan melakukan perjalanan pendakian di malam hari.

Setelah melakukan perjalanan hampir sekitar 3.5 jam dengan berkeringat dingin, jalur pendakian akan melewati aliran air panas. Melewati aliran air panas semuanya dengan antusias melepas alas kaki termasuk aku. Kan sayang kalo sepatuku basah. Lagian kalau sepatuku basah, nanti kakiku bias lecet ndak karuan, malah nanti ndak bias jalan. Jadi penghambat deh dalam tim. Kami para pendaki berhati-hati karena selain harus melewati air panas, kami juga akan melewati pinggir jurang. Meski juga di sepanjang jalur air panas sudah disediakan tali baja sebagai pengaman dari pihak pengelola TNGP. Ketika melewati air panas ini, pendaki yang berkacamata (Kang Hari dan Mas Ibnu ituh) harus melepas kacamata karena uap panas dapat mengembun di kacamata, sehingga para pendaki tidak dapat melihat sama sekali. Sesekali aku mencelupkan kaki ke air, panas bener memang, tetapi kalo dicelupkan sedikit serasa memijit kaki. Wooo nikmatnya. Di ujung aliran air panas, aku menyempatkan diri duduk beristirahat sambil menunggu teman – teman yang lain menyeberangi aliran air panas. Yang terakhir, mas Ibnu sudah terlihat berarti perjalanan siap untuk dilanjutkan.
Lolos dari aliran air panas, perjalanan dilanjutkan ke kandang batu. Namanya juga kandang batu, sudah dapat dibayangkan bahwa medan yang akan dilalui adalah berbatu. Berbatu sekaligus menanjak, tenagaku benar – benar terkuras disini. dari awal tertulis bahwa jarak yang akan ditempuh menuju kandang badak sekitar 3.2 KM, sungguh perjalanan yang sangat melelahkan. Sampai pada akhirnya ditemukan lokasi kandang badak. Saat itu jam menunjukkan pukul 02.00. Di kandang badak ini sudah banyak tenda – tenda kemah berdiri. Rupanya sudah ada yang sampai di lokasi ini sejak tadi sore. Wooohh capek banget, perjalanan dihentikan, semuanya menggelar tikar, tenda, matras, plastik atau apapun untuk alas tidur. Ya tidur, setelah ber jam – jam berjalan rasa capek yang amat sangat, yang saat ini dibutuhkan adalah tidur meski hanya 1 – 2 jam.
Semua kru terlelap, hingga jam 3 pagi kabut pegunungan pun turun. Dingin menyerang dan beberapa orang mulai terserang kram. Mas Ibnu bangun terlebih dahulu karena tidak kuat menahan kram di kakinya, disusul dengan mbah Moko dengan sarung antiknya. Tidak lama kemudian, Agusti yang meraung – raung tertawa (padahal kakinya kram juga), kontan saja kenyamanan tidur jam 3 pagi menjadi terganggu. Semua terkena sindrom dingin yang sangat hebat. Disusul kemudian Tri, Sutejo, dan Riki yang terbangun karena raungan Agusti. Benar – benar dingin memang. Inisiatif dari temen – temen, memasak dan minum jahe akan meringankan beban dingin yang dirasakan. Semoga.

Alarm hape mas Ibnu menunjukan pukul setengah 5 pagi. waktunya berkemas untuk melanjutkan perjuangan menuju puncak Gede. Setelah bergantian sholat, langsung dilanjutkan berkemas dan berangakat pukul 5 pagi teng.

Naik sedikit dari Kandang Badak, jalan akan bercabang yaitu ke kanan menuju puncak Gunung Pangrango dan ke arah kiri menuju puncak Gunung Gede. Menuju puncak Gunung Gede harus mendaki lagi selama 2 jam, Fisik benar-benar di tantang mencapai batas. Setelah 1 jam perjalanan dari kandang badak aku menemukan tanjakan yang dinamakan tanjakan setan, ada sebagian pendaki memberi nama tanjakan rantai. Tanjakan ini merupakan tanjakan yang cukup terjal, sekitar 85 derajat ke arah vertikal. Sehingga kami hampir seperti memanjat tebing. Namun lagi-lagi para pendaki tidak perlu khawatir karena sudah diberi pengaman yang berupa tali baja. Dari tanjakan setan ini kita dapat melihat pemandangan gunung panggrango yang menjulang indah. Sungguh luar biasa alam Indonesia. Puas sekali aku bias menaklukkan tebing ini, padahal sebelumnya aku sempat ragu apakah aku bisa.

Setelah melewati tanjakan setan, tanjakan terasa semakin berat karena fisik semakin lelah. Namun tantangan ini akan terbayar setelah kita mencapai kawah. Di mana terbentang panorama alam nan indah dan dinding kaldera kawah aktif Gunung Gede dapat terlihat secara jelas. Puncak Gunung Gede memiliki pemandangan alam amat indah. Ahhh benar – benar pengalaman yang cukup menyenangkan dan menegangkan.

Sungguh pengalaman yang tidak akan terlupakan bahwa aku pernah menginjakkan kaki di Puncak Gunung Gede. Melihat Gunung Gede dan kalderanya, Puncak gunung Pangrango terlihat dengan begitu jelas benar- benar bayaran yang sangat pantas atas perjuanganku semalaman.

Berfoto – foto ria dengan teman – teman, sementara sebagian yang lain menuju puncak kaldera untuk melihat alun – alun surya kencana.

3 dara wanita yang kemarin telah bersiap jalan ke Mall ternyata kesasar juga ke puncak Gunung Gede. Reni, Novi dan mbak Intan tidak bisa menyembunyikan kebanggaannya ketika mencapai puncak Gunung Gede.

Beberapa teman melanjutkan perjalanan ke Puncak kaldera. gugusan batu yang sangat artistik terbentang di depan mulut kawah Gunung Gede.


Perjuangan dan pengalaman yang sangat luar bisa. Benar – benar tidak akan terlupa bahwa aku pernah menapaki puncak Gunung Gede. Hari sudah semakin siang, waktunya kami berkemas untuk pulang.

Perjalanan pulang pun sudah bisa ditebak, karena jalan yang dilalui pada siang hari terlihat lebih menyenangkan. Tidak seseram malam hari. Sampai di kaki bukit dan melaporkan telah kembali, jam menunjukkan pukul setengah enam sore. Di bawah, Cibodas, beberapa teman membeli oleh – oleh untuk di rumah kemudian segera pulang. Aku sendiri sudah merasakan capek luar biasa dan segera tidur di mobil. Besok masih harus kerja dan masuk Pagi !!!

Hari masih pagi, tetapi kaki masih terasa pegal – pegalnya
Jam kerja belum dimulai, aku mulai membuka email
Tertarik aku pada sebuah subyek “ Sukses Gunung Gede” Cepet banget orang ini ngirim nya. Disitu tertulis :

>From : IBNU SUSILO/Supervisor(Engineer)/R.D Dept[ibnu@lginnotek.com]
>Sent : 2008-05-26 6:26:24 AM

>Subject : Sukses Gunung Gede
Terima kasih kepada teman – teman yang telah mengantarkan saya mencapai Puncak Gunung Gede. Sebuah impian yang telah terpendam selama 2.5 tahun terakhir ini sejak pertama kali menjejakkan kaki di bumi Bekasi. Walaupun secara tidak sadar kalian telah saya hasut habis – habisan untuk mengantarkan saya kesana, tetapi kalian melakukannya dengan senang hati. Sekali lagi Terima kasih.
Pertanyaan selanjutnya : kapan kita kemana ?

Dassaaarrrr …. Ggrrhhhh ……


  1. Admin

    Admin mendapat saran dan masukan dari beberapa teman mengenai submit komentar di blog.
    Untuk dapat memberi komentar, harap menggunakan Nama atau Identitas sebenarnya. Hal ini dimaksudkan agar Silaturahim kita lebih bermakna dan saling mengakrabkan satu sama lain.

    Terimakasih atas support dan partisipasinya.
    Salam dan Tetap Mencerahkan.
    Admin

  2. wijayanto81

    Pengalaman yang luar biasa, kalah deh rally-nya inos. Perjalanan yang melelahkan tapi mengasikkan melihat keindahan ciptaan Yang Kuasa. Next plan kemana nie…….?
    Jangan lupakan aku

    Salam

  3. Mbah Marijan

    (inyong nganggo “mbah marijan” wae ah..sori nggih pak admint):
    Dari sekedar iseng menjadi kenyataan.
    So beauty……
    So sweet…
    So jangan takut bermimpi
    “keep dreaming, may be some day will come true”

    Next plan..
    ( hitung duit dulu ah, kalo ada yang [punya referensi lengkap. boleh donk kirimin or posting lagi)

  4. adipati kademangan

    nama keren ku di blog seperti ini, maap ya pak admin
    kayaknya dari postingan diatas kok serasa ada gamabr yang kurang yach. Dari penulisnya sendiri di bagian akhir ada foto “Kelompok lakon” yang di cut per personal. Nggak kebaca kali yach

  5. Pendekar Control'99

    Gile abis pokoke… inos kalah jauh ..
    tp aneh nih, kita berangkat 13 orang. tp dari alur cerita sepertinya ada 14 orang. siapa orang ke 14 ya…
    atau aku salah baca atau ada yang ikut turun gunung…..
    seperti pada saat itu aku ngerasa ada yang ikut naik……
    ( hi… hi… serem… )

  6. Bintang Terang

    “Hah, gila apa ?!! kamu mau naik gunung malam – malam, yang bener aja. Aku sampe nggak habis pikir dengan apa maumu. Coba lihat, gunung yang kau hadapi itu adalah Gunung Gede, gunung dengan trek menanjak sepanjang perjalanan. Lhah emang kamu kuwat apah ?? apalagi kamu membawa peserta cewe, mereka bakalan drop sebelum nyampe… lagipula kamu berangkat hari sabtu trus pulangnya hari minggu. mana sempat kamu melakukan pendakian ???”

    Istrimu Nu, yang ngomong kayak gini ?
    hahaha…sukses buat kalian-kalian yang dah ngeduluin…hehehehe. pendakian malam ke Gunung Gede memang berat, (pernah kok ngerasain). buat Hari, Thanks dah dicuciin Sleeping Bag & Jaketnya, lainkali, bawa tas, yang gedean, pikiran kondisi badan bukan D40 terus yang jadi prioritas….

    Kapan kita kemana ?

    Intan, REni, NOvi…..kali lain kalo dah diatas gunung, bawang putih & gula merah aren tuh harganya seperti Berroca di AlfaMart…!!!
    ngerti gak ?

  7. ibnu

    #6
    namanya juga bercerita, bumbunya pasti lebih menonjol daripada masakannya. Seperti halnya ditanyakan #5. dalam hal ini tokoh “aku” menggambarkan siapa ?

  8. N-CiM

    heiy kawan…
    lam kenal yaa…
    aye dr KALDERA JBSI UNJ (pegiat alam tingkat jurusan).. kapan2 boleh kita nanjak bareng… tp jangan ke gede lg… coba ke cireme, slamet, atawaaa…. semeeruuu…!!!!
    🙂

  9. N-CiM

    mau yg lebih menantang ga? coba deh kalian pada k gede/ pangrango tapi lewat geger bentang… pasti lebih seru tuh men!!! smangat kawan!!!!
    🙂

  10. mbah marijan

    setuju..
    kapan kita kemana??
    hayo??

  11. haris

    ada yang ngajakin ke kepulauan seribu tuh Mbah??!
    Siapa? Teguh tuh kqkqkqkqk

  12. teguh

    boleh pak haris ide yg bagus, kepulau seribu naik sepeda ontel, gmn klo tanggal 11 July aja qta kesana……

  13. mbah marijan

    yooo
    setuju..
    siap..
    berangkat..

  14. HENDRIK

    gunung gede adalah inspirasi kekuatan cintaku di puncaknya terukir ungkapan cinta sejatiku

  15. rico

    gunung gede pangrango sangat indah akan tetapi banyak sampah yang mengotorinya…

    sangat di sayangkan ..




Tinggalkan komentar